Sejarah Coglok di Desa Kalimanggis


Coglok adalah seni adat tradisi Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung. Kesenian Coglok berawal dari Kyai Cononggo dan Nyai Cononggo (Tokoh yang membuka Desa Kalimanggis) dikaruniai empat orang anak. keempatnya diajak untuk membuat bendung dan salurannya dari wilayah Candi Garon Kecamatan Sumowono. Oleh beliau – beliau bendung tersebut diberi nama bendung Dung Anggrung (sekarang bernama Dam Walang kerek). Setelah bendung selesai dibuat, dilangsungkan membuat salurannya sampai sebuah sungai (sekarang bernama kali madu), terhalang sebuah batu besar. Karena sangat semangatnya batu tersebut ditatah, namun menemui kesulitan dan rintangan, dikarenakan ditatah sore paginya pulih lagi, ditatah pagi sorenya pulih lagi. Kemudian oleh beliau – beliau batu tetap ditatah dengan cara : empat orang laki – laki menatah batu, seorang putri (Nyai Giyuk) menari, terus dilakukan selama beberapa hari sampai selasai. Keempat laki – laki tersebut menatah batu sambil bergelantungan pohon Lung Gadung. Selama bekerja makanannya cuma ketela bakar dan minumnya bubuk/kopi dan kadang – kadang bawa minuman arak. Kemudian pembuatan saluran diteruskan sampai tembus jalan (sekarang jalan raya/aspal). Tujuan pembuatan dam dan salurannya untuk mengairi sawah yang akan ditanami padi , maka oleh beliau – beliau dikeramatkan dan oleh generasi penerusnya sampai sekarang tetap dilestarikan yaitu bernama “SEDEKAH DESA “ dengan pentas seni “ GLOK “.

Disebut Glok karena orang kalau menanam padi dengan cara menancapkan bibit padi (bahasa jawanya nyebloke bibit padi). Kemudian tari glok tersebut diiringi gending Lung Gadung, karena selama menatah batu bergelantungan (bahasa jawanya gondelan) Lung gadung. Sedangkan untuk sesajen sewaktu pentas Glok, diantaranya adalah ketela bakar, minuman bubuk/kopi, sedikit arak dll. Sedekah Desa tersebut sampai sekarang tetap dilaksanakan sehabis panen padi.




0 comments:

Post a Comment